HEMAT DAN CERDAS YUK


Jumat, 13 Februari 2009

Perayaan Hari Ibu di Era IMD dan ASI Eksklusif

rame2-keluarga2rame2-keluarga1Ibu adalah sosok yang paling berjasa dalam kehidupan manusia. Ibu merupakan orang terpenting dan terdekat yang pernah ditemui oleh manusia. Tak heran jika saat ini lahir beratus-ratus syair, ungkapan dan kata-kata bijak terkait keberadaan Ibu. Coba kita tilik pada sebuah syair lagu anak berikut:

Kasih Ibu kepada beta

Tak terhingga sepanjang massa

Hanya menberi, tak harap kembali

Bagai sang surya menyinari dunia

Indah bukan? Ya, syair tentang Ibu memang selalu indah.

Kemudian mari kita tengok sebuah pepatah klasik berikut:

Kasih Ibu sepanjang jalan. Kasih anak sepanjang galah

Memang, jika kita berbicara masalah Ibu terasa tak akan ada habisnya. Apalagi ketika tanggal 22 Desember tiba, maka sosok yang satu ini seakan menjadi ikon tak ternilai harganya. Tanggal yang disebut-sebut sebagai perayaan hari Ibu ini terasa menjadi momen yang tepat bagi seorang anak untuk menunjukkan bhakti cintanya pada seorang Ibu.

Sebagai contoh, seorang anak yang semula tidak pernah membelikan sesuatupun kepada ibu mendadak belanja sekeranjang cokelat dan setangkai bunga yang kemudian dipersembahkan kepada bunda tercintanya. Seorang anak yang tak pernah sekalipun mencium tangan keriput Ibu mendadak menciumi seluruh wajah, tangan sampai pada kakinya. Seorang anak yang biasanya sewot ketika diajak berbincang oleh Ibu mendadak berucap dengan lembut “Mom, I Love You…”.

Ya, hari Ibu memang indah. Hari Ibu mengingatkan kita pada jasa seorang Ibu yang luar biasa besarnya kepada kita (para anak). Meskipun penulis kurang setuju ketika hari Ibu diskalekkan hanya pada tanggal 22 Desember saja. Karena pada dasarnya setiap hari adalah hari Ibu, dimana kita hendaknya selalu mengingat dan berusaha membalas jasa Ibu kita.

Di dalam www.wikipedia.org hari Ibu diartikan sebagai hari di mana kaum perempuan dimanja dan dibebaskan dari tugas domestik yang sehari-hari dianggap merupakan kewajibannya, seperti memasak, merawat anak, dan urusan rumah tangga lainnya. Di Indonesia hari ini dirayakan pada tanggal 22 Desember dan ditetapkan sebagai perayaan nasional. Berbeda dengan di Amerika, dan lebih dari 75 negara lain, seperti Australia, Kanada, Jerman, Italia, Jepang, Belanda, Malaysia, Singapura, Taiwan, dan Hongkong yang merayakan Hari Ibu atau Mother’s Day pada hari Minggu di pekan kedua bulan Mei. Di beberapa negara Eropa dan Timur Tengah, Hari Ibu atau Mother’s Day diperingati setiap bulan Maret.

Sejarah Hari Ibu di Indonesia

Sejarah Hari Ibu diawali dari bertemunya para pejuang wanita dengan mengadakan Konggres Perempuan Indonesia I pada 22-25 Desember 1928 di Yogyakarta, di gedung yang kemudian dikenal sebagai Mandalabhakti Wanitatama di Jalan Adisucipto. Dihadiri sekitar 30 organisasi perempuan dari 12 kota di Jawa dan Sumatera. Hasil dari kongres tersebut salah satunya adalah membentuk Kongres Perempuan yang kini dikenal sebagai Kongres Wanita Indonesia (Kowani).

Organisasi perempuan sendiri sudah ada sejak 1912, diilhami oleh perjuangan para pahlawan wanita abad ke-19 seperti M. Christina Tiahahu, Cut Nya Dien, Cut Mutiah, R.A. Kartini, Walanda Maramis, Dewi Sartika, Nyai Achmad Dahlan, Rangkayo Rasuna Said dan lain-lain.

Peristiwa itu dianggap sebagai salah satu tonggak penting sejarah perjuangan kaum perempuan Indonesia. Pemimpin organisasi perempuan dari berbagai wilayah se-Nusantara berkumpul menyatukan pikiran dan semangat untuk berjuang menuju kemerdekaan dan perbaikan nasib kaum perempuan. Berbagai isu yang saat itu dipikirkan untuk digarap adalah persatuan perempuan Nusantara; pelibatan perempuan dalam perjuangan melawan kemerdekaan; pelibatan perempuan dalam berbagai aspek pembangunan bangsa; perdagangan anak-anak dan kaum perempuan; perbaikan gizi dan kesehatan bagi ibu dan balita; pernikahan usia dini bagi perempuan, dan sebagainya. Tanpa diwarnai gembar-gembor kesetaraan jender, para pejuang perempuan itu melakukan pemikiran kritis dan aneka upaya yang amat penting bagi kemajuan bangsa.

Penetapan tanggal 22 Desember sebagai perayaan Hari Ibu diputuskan dalam Kongres Perempuan Indonesia III pada tahun 1938. Peringatan 25 tahun Hari Ibu pada tahun 1953 dirayakan meriah di tak kurang dari 85 kota Indonesia, mulai dari Meulaboh sampai Ternate.

Presiden Soekarno menetapkan melalui Dekrit Presiden No. 316 tahun 1959 bahwa tanggal 22 Desember adalah Hari Ibu dan dirayakan secara nasional hingga kini.

Misi diperingatinya Hari Ibu pada awalnya lebih untuk mengenang semangat dan perjuangan para perempuan dalam upaya perbaikan kualitas bangsa ini. Dari situ pula tercermin semangat kaum perempuan dari berbagai latar belakang untuk bersatu dan bekerja bersama. Di Solo, misalnya, 25 tahun Hari Ibu dirayakan dengan membuat pasar amal yang hasilnya untuk membiayai Yayasan Kesejahteraan Buruh Wanita dan beasiswa untuk anak-anak perempuan. Pada waktu itu panitia Hari Ibu Solo juga mengadakan rapat umum yang mengeluarkan resolusi meminta pemerintah melakukan pengendalian harga, khususnya bahan-bahan makanan pokok. Pada tahun 1950-an, peringatan Hari Ibu mengambil bentuk pawai dan rapat umum yang menyuarakan kepentingan kaum perempuan secara langsung.

Satu momen penting bagi para wanita adalah untuk pertama kalinya wanita menjadi menteri adalah Maria Ulfah di tahun 1950. Sebelum kemerdekaan Kongres Perempuan ikut terlibat dalam pergerakan internasional dan perjuangan kemerdekaan itu sendiri. Tahun 1973 Kowani menjadi anggota penuh International Council of Women (ICW). ICW berkedudukan sebagai dewan konsultatif kategori satu terhadap Perserikatan Bangsa-bangsa.

Kini, Hari Ibu di Indonesia diperingati untuk mengungkapkan rasa sayang dan terima kasih kepada para ibu, memuji ke-ibu-an para ibu. Berbagai kegiatan pada peringatan itu merupakan kado istimewa, penyuntingan bunga, surprise party bagi para ibu, aneka lomba masak dan berkebaya, atau membebaskan para ibu dari beban kegiatan domestik sehari-hari.

(diambil dari http://id.wikipedia.org/wiki/Hari_Ibu)

Perayaan Hari Ibu di Era IMD (Inisiasi Menyusu Dini)

`Tuhan telah menyediakan sumber kehidupan sejak dia lahir, biarlah buah hati anda menemukannya sendiri`

Itulah tulis dr. Hj. Utami Roesli, SpA., MBA., IBCLC (seorang pakar dan pendiri Sentra Laktasi Indonesia) dalam cover bukunya yang berjudul `Inisiasi Menyusu Dini Plus ASI Eksklusif` terbitan Pustaka Bunda tahun 2008. Sumber kehidupan yang dimaksud oleh Utami Roesli dalam kalimat di atas adalah `ASI (Air Susu Ibu) yang dihasilkan oleh kedua payudara Ibu`. Ini berarti bahwa Ibu-Ibu yang yang mempunyai bayi hendaknya langsung membiarkan bayinya mencari puting susu Ibu untuk kemudian menghisap ASI sesegera mungkin setelah proses kelahiran. Jika ini tidak dilakukan berarti Ibu tersebut seakan merampas hak buah hatinya. Jangan sampai Ibu mencari-cari alasan untuk tidak menyusui bayinya, kecuali jika memang ada indikasi medis sehingga proses pemberian ASI segera setelah melahirkan tidak bisa dilaksanakan.

Upaya pemberian ASI dengan membiarkan bayi merangkak di atas perut Ibu dan mencari puting susu sendiri segera setelah proses kelahiran dikenal dengan Inisiasi Menyusu Dini (IMD/Early Initiation). Istilah Inisiasi Menyusu Dini sebenarnya sudah ada sejak tahun 1990-an dan penelitian tentang IMD ini juga sudah ada sejak tahun-tahun tersebut. Pada tahun 1990 Dr. Lennart Righard dan seorang bidan Margareta Alade melakukan penelitian yang melibatkan 72 pasangan ibu-bayi baru lahir. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa dengan menunda permulaan menyusu lebih dari satu jam dapat mneyebabkan kesukaran menyusu pada bayi. Pada tahun 1978 Sose dkk CIBA Foundation juga melakukan penelitian dengan hasil menunjukkan bahwa bayi yang diberi kesempatan menyusu dini dengan meletakkan bayi dengan kontak kulit ibu-kulit bayi setidaknya satu jam, hasilnya bayi-bayi tersebut lebih lama disusui. Tahun 2003 Fika dan Syafik dalam Journal Kedokteran Trisakti menuliskan bahwa dari penelitian yang dilakukan di Jakarta menunjukkan bahwa bayi yang diberi kesempatan menyusu dini, hasilnya delapan kali lebih berhasil ASI eksklusif daripada yang tidak diberi kesempatan IMD. Kemudian pada tahun 2006, Dr. Karen Edmond (Inggris) melakukan penelitian di Ghana terhadap 10.947 bayi yang lahir antara Juli 2003-Juni 2004. Hasil penelitian menunjukkan jika bayi diberi kesempatan menyusu dalam satu jam pertama dengan dibiarkan kontak kulit ke kulit ibu (setidaknya selama satu jam) maka 22% nyawa bayi di bawah 28 hari dapat diselamatkan. Jika menyusu pertama saat bayi berusia di atas 2 jam dan di bawah 24 jam pertama, tinggal 16% nyawa bayi di bawah 28 hari dapat diselamatkan.

Semua Penelitian tentang IMD ini menunjukkan kepada kita, bahwa ternyata sesuatu yang kelihatannya sepele yaitu membiarkan bayi kontak dengan kulit Ibu, merangkak dan mencari puting susu Ibu segera setelah lahir ternyata memiliki manfaat yang luar biasa. Secara lebih rinci, manfaat IMD antara lain: Pertama, menurunkan resiko kedinginan (hipothermia). Kedua, menstabilkan pernafasan dan detak jantung bayi. Ketiga, memindahkan bakteri baik dari kulit Ibu ke saluran pencernaan bayi yang nantinya akan menyaingi bakteri jahat dair lingkungan. Keempat, meningkatkan bonding (ikatan kasih sayang) antara ibu dan bayi sehingga anak akan lebih nyaman dan kelak tumbuh menjadi manusia penyayang. Kelima, menghindari alergi dan gangguan pertumbuhan fungsi usus karena efek susu hewan/ susu formula. Keenam, bayi tidak mudah sakit. Selain itu juga bermanfaat bagi Ibu seperti mempercepat pengeluaran ari-ari (placenta) dan menghindari perdarahan setelah melahirkan. Perlu diketahui juga bahwa IMD yang kemudian dilanjutkan dengan pemberian ASI saja selama enam bulan (ASI Eksklusif) akan mengoptimalkan perkembangan otak sehingga anak akan lebih cerdas.

Langkah-langkah IMD sebenarnya tidak terlalu sulit. Yaitu begitu bayi lahir , bayi diletakkan di atas perut Ibu yang sudah dialasi kain kering. Kedua, keringkan seluruh tubuh bayi termasuk kepala secepatnya, kecuali kedua tangannya. Ketiga, tali pusat dipotong lalu diikat. Verniks (zat lemak putih) yang melekat di tubuh bayi sebaiknya tidak dibersihkan karena zat ini membuat nyaman kulit bayi. Keempat, tanpa dibedong bayi langsung ditengkurapkan di dada atau perut ibu dengan kontak kulit bayi dan kulit ibu. Ibu dan bayi diselimuti bersama-sama. Jika perlu, bayi diberi topi untuk mengurangi pengeluaran panas dari kepalanya. Bayi dibiarkan mencari puting susu Ibu. Ibu dapat merangsang bayi dengan sentuhan lembut, tetapi tidak memaksakan bayi ke puting susu. Ayah didukung agar membantu Ibu untuk mengenali tanda-tanda atau perilaku bayi sebelum menyusu. Biarkan dalam posisi ini selama satu jam dan sampai bayi menemukan puting susu ibu dan berhasil menyusu untuk pertama.

Bila kita cermati, tekhnik IMD ini sebenarnya mudah. Akan tetapi di dalam praktiknya, sulit sekali untuk melaksanakan IMD. Kesulitan ini tidak terletak pada aspek tekhnis, tetapi lebih pada aspek sosial. Aspek sosial disini meliputi masyarakat yang belum banyak tahu tentang IMD (terutama Ibu yang mau melahirkan), tenaga penolong persalinan yang belum mengenal lebih jauh IMD, serta keengganan tenaga kesehatan untuk melakukan IMD karena berbagai alasan. Alasan (baik dari Nakes maupun Masyarakat) yang muncul sebagai penghambat dilaksanakannya IMD itu antara lain: takut jika bayi kedinginan, setelah melahirkan ibu mengalami kelelahan, minimnya tenaga kesehatan yang tersedia, kamar bersalin atau kamar operasi yang sibuk, Ibu harus dijahit, bayi harus segera dibersihkan, serta adanya kepercayaan dalam masyarakat bahwa colostrum (ASI yang pertama keluar) berbahaya untuk bayi. Padahal tidak seharusnya keadaan tersebut dijadikan alasan untuk tidak melakukan IMD, karena memang semua ada jalan keluarnya. Apalagi mengingat manfaat IMD yang luar biasa, maka sudah saatnya kita mengabaikan alasan-alasan tersebut dan mensiasati agar IMD tetap bisa dilaksanakan.

Terlepas dari alasan-alasan di atas, maka faktor Ibu dan keluarga juga sangat menentukan. Pengetahuan memadai tentang IMD bagi masyarakat dan keluarga sangat diperlukan. Terutama mengenai manfaatnya yang luar biasa, sehingga mereka termotivasi untuk melakukan IMD bagi calon anak yang akan terlahir kelak. Hal ini penting, karena bagaimanapun yang namanya keluarga ingin memberikan yang terbaik bagi si anak, terutama pada awal-awal kehidupannya. Dan yang terbaik bagi bayi di awal kehidupan tersebut adalah ASI.

Terkait dengan semua itu, hendaknya moment hari Ibu dijadikan sebagai moment untuk mensosialisasikan IMD berikut manfaatnya kepada masyarakat, terutama kepada Ibu-ibu agar mereka termotivasi untuk bisa memberikan yang terbaik untuk si buah hati. Jangan sampai para ibu membiarkan anaknya menjadi anak sapi dengan membiarkan anaknya diberi susu sapi di awal kehidupannya. Bagi Tenaga Kesehatan, Ibu-ibu maupun masyarakat secara umum yang sudah mengetahui tentang IMD, jadikan moment hari Ibu ini untuk berbagi pengetahuan dengan Ibu-ibu, terutama Ibu yang sedang hamil. Sehingga ketika proses persalinan tiba, si Ibu dapat meminta kepada tenaga kesehatan penolong persalinan untuk dilakukan IMD bagi bayinya. Bagi tenaga kesehatan yang bijak, hendaknya akan menuruti kemauan Ibu tersebut dengan berpedoman pada `Asuhan Sayang Ibu dan Bayi`.

Jadi, agar syair tentang Ibu tetap teralun indah, jangan jadikan Hari Ibu ini hanya sebagai hari dimana Ibu mendapat penghargaan dari anaknya saja, tetapi juga kesempatan bagi para Ibu memberi penghargaan kepada buah hatinya dengan semangat Inisiasi Menyusu Dini dan ASI Eksklusif. Karena kedua hal itu merupakan pemberian yang paling berharga sebagai bekal menghadapi kehidupannya kelak bukan?

Atau..Anda punya pendapat lain tentang perayaan hari Ibu? Atau merasa tidak perlu perayaan Hari Ibu dengan dikaitkan IMD dan ASI eksklusif ini?


Pekalongan, 15 Desember 2008

1 komentar:

  1. The King Casino | Situs Judi Slot Online Terbaik 2021
    Play online Pragmatic Play Slots at wooricasinos.info The King Casino - Member Baru https://septcasino.com/review/merit-casino/ & poormansguidetocasinogambling Terpercaya 2021! Rating: 98% herzamanindir.com/ · ‎240,388 votes https://septcasino.com/review/merit-casino/

    BalasHapus